Jumat, 15 September 2017

Kepuasan Manusia

Assalamualaikum w. w.

Sejak dari manusia pertama diciptakan Allah yaitu Nabi Adam dan manusia-manusia setelah itu selalu berkutat dengan pemenuhan kepuasan diri pribadi dan kelompoknya. Kepuasan akan tercapai saat realisasi dari pelayanan yang dirasakan atau mengkonsumsi produk yang diperoleh,   sama dengan harapannya akan jasa pelayanan dan produk tersebut

Permasalahannya adalah kapan kepuasan itu akan tercapai saat manusia dewasa ini selalu meningkat harapannya setiap saat akan pelayanan dan produk dll.

Masing-masing orang tentu akan mempunyai jawaban dan analisis yang berbeda menyelesaikan permasalahan ini.

Wassalam

Jumat, 14 Februari 2014

NKRI : DIBAWAH BAYANG-BAYANG KEGAGALAN DEMI KEGAGALAN

Assalamualaikum Wr.Wb

NKRI yang bagaikan sebatang pohon besar JIKA MASYARAKAT MASIH MEMBIARKAN NEGARA INI DIKELOLA SEBAGIAN BESAR OLEH PARA MAFIA maka tunggulah apa yang akan terjadi pada pohon besar itu : KE ATAS TIDAK BERPUCUK, KEBAWAH TIDAK ADA AKARNYA DITENGAH-TENGAH POHONNYA DILOBANGI KUMBANG PULA . Apa upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat agar pohon yang sudah sangat rapuh itu tidak k...eburu roboh ?

Indikasi :
(1). Korupsi bagaikan wabah
Hanya salah satu contoh : Menurut Uchok Sky Khadafi, koordinator Advokasi dan Monitoring si Jakarta tgl 9/2/2014 : "Total dana setoran awal Haji yang terkumpul dari tahun 2004 s.d 2012 jamaah reguler dan khusus = Rp 52.200.000.000.000 (52,2 T). Ada dana yang mengendap namun tidak bisa ditelusuri kemana ." (Sumber : Radar bogor Senin 10 Pebruari 2014).
(2). Hutang luar negeri yang meningkat bagaikan deret hitung.
(3). Kasus Narkoba yang semakin meraja lela sampai ke pelosok-pelosok Desa. Ditambah lagi dengan diberikannya perlakuan spesial kepada "Ratu mariyuana" Shapelle Leigh Corby, yang mendapat Pembebasan bersyarat.

(4) Musibah-demi musibah yang dating beruntun bukan lagi sebagai musibah tetapi bentuk peringatan dari Allah Azza Wa Jalla.


Wassalam

Rabu, 12 September 2012

KESALAHAN-KESALAHAN ORANG TUA YANG MENYEBABKAN ANAK TIDAK SHALEH/SHALEHAH.

KESALAHAN-KESALAHAN ORANG TUA YANG MENYEBABKAN ANAK TIDAK SHALEH/SHALEHAH .

Disampaikan dalam pembekalan kepada Guru Pesantern Kilat dan Orang tua santri (Mushalla Al Ikhlash, Komplek perumahan Vila Asia, Susukan Bojong Gede Kab. Bogor, 23 - 29 Juli 2012)

1. Membiarkan Anak Melakukan Kesalahan.
Orang tua yang tidak bisa mengarahkan pada saat anaknya melakukan kesalahan, berarti aia sama saja      dengan menjerumuskan anaknya pada kesalahan yang akan dilakukan secara terus menerus.

2. Kurang Apresiatif.
Oang tua yang tidak memberikan apresiasi saar anaknya berbuat baik atau   berprestasi walaupun itu prestasi kecil akan mengakibatkan anak merasa tidak diperhatikan saat berbuat baik. Hal ini akan membuatnya enggan melakukan hal positif lainnya.

3. Selalu Melarang Anak.
Perbuatan selalu melarang anak merupakan sebuah sikap tidak baik yang berdampak negatif pada perkembangan kepribadiaan anak dimasa yang akan datang. Anak yang tarlalu banyak dilarang melakukan sesuatu akan menjadi anak yang penakut dan tidak berani bereksplorasi, pada hal eksplorasi dibutuhkandalam perkembangan motorik serta kemampuan dan kecerdasannya.

4. Selalu Menuntut Anak.
Anak-anak yang terlalu banyak dituntut oleh orang tua sesuai dengan keinginan orang tua tersebut tanpa memberikan kebebasan untuk memilih akan memposisikan anak seperti tidak punya pilihan apa-apa. hal ini akan mengakibatkan anak menjadi tertekan dan tidak berkembang sebagaimana mestinya.

5. Selalu Mengabaikan Permintaan Anak.
Anak-anak yang selalu dituruti permintaannya akan menjadi anak yang manja dan akan beranggapan bahwa setiap apapun yang dia inginkan harus terpenuhi. Akibatnya anak akan menjadi terlalu penuntut, impulsif(mudah melakukan tidakan tanpa perhitungan), egois dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Sebagai orang tua anda harus tahu mana permintaan anak yang harus dipenuhi dan mana yang tidak, kapan permintaan itu perlu dipenuhi dan kapan tidak perlu dipenuhi.

6. Tidak Mampu Menjadi Teladan Bagi Anak.
Cara orang tua bersikap, berbicara dan berprilaku akan diadaptasi oleh anak-anaknya. Prilaku anak yang bandel, tidak sopan, tidak menghormati yang lebih tua lebih disebabkan karena memang sejak kecil tidak ada yang bisa dia jadikan sebagai contoh dan panutan yang baik bagi dirinya.

7. Melakukan Kekerasan.
Orang tua yang mendidik anak dengan keras dan kasar akan mengakibatkan sianak kelak akan menjadi orang yang suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.

8. Tidak Memberikan Kasih Sayang dan Perhatian yang Cukup.
Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian akan hidup dalam kesengsaraan mental yang mendalam, dan akan merasa dirinya sangat tidak berharga dan anggapan negatif lainnya, dan akibat yang lebih parah lagi adalah dapat memicu dan mendorong mereka untuk mencari pemenuhan hak dan kebutuhan mereka atas semua itu diluar rumah dan sering negatif.

9. Tidak Sepaham antara Ayah dan Ibu.
Ketidak sepahaman antara ayah dan ibu dalam mendidik anak mengakibatkan anak :  tidak mempunyai pegangan dan kecendrungan yang kuat, sehingga tidak bisa memilih dan bingung karena tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah.

10. Mengklaim Buruk.
Klaim buruk yang yang dilekatkan pada anak akan menjadikan anak merasa bahwa dirinya adalah diri yang kurang baik dan kurang menarik dan selalu merasa salah dalam setiap apa yang dikerjakannya. Klaim buruk tidak akan membuat anak berhenti melakukan kesalahan itu, tetapi justru membuat anak semakin terpuruk.

11. Terlalu Memanjakan Anak.
Terlalu memanjakan anak akan membawa anak tumbuh dalam kondisi hanya mengenal kemewahan dan kesenangan pribadi semata, tidak mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Akibatnya anak akan terbiasa menghamburkan harta dan membelanjakannya hanya untuk kesenangannya semata dan tidak peduli dengan nilai harta serta tidak dapat menggunakan harta yang dimilikinya dengan baik dan benar.

12. Terlalu Berbaik Sangka atau Terlalu Berburuk sangka Terhadap Anak.
Sifat orang tua yang percaya berlebihan kepada anak akan menyebabkan orang tua menjadi anti kritik, dan akan membela mati-matian jika terjadi permasalahan yang menyimpang terhadap anaknya tersebut dan mencari-cara alasan untuk pembenaran prilaku menyimpang si anak tersebut. Sebaliknya orang tua yang terlalu berburuk sangka terhadap nakanya, bahkan berlebihan sehingga keluar dari batas kewajaran akan sangat berdampak buruk pada perkembangan kepribadian anak pada fase selanjutnya. Selalu berprasangka buruk pada niak baik anak , merasa bahwa mereka tidak pernah benar serta tidak ada kepercayaan kepada mereka sama sekali akan memberikan kesan pada anak bahwa mereka dianggap lawan oleh orang tuanya.

13. Pilih Kasih.
Sikap orang tua yang selalu berusaha untuk membeda-bedakan dan pilih kasih kepada salah seorang anak dengan anaknya yang lain, dengan saudaranya, atau dengan orang lain akan mengakibatkan anak anak yang mendapatkan perbedaan perlakuan tersebut akan merasa bahwa dirinya tidak dianggap sebagai bagian penting dalam keluarga. dengan kekecewaan itu, anak akan melampiaskan sikapnya pada hal yang mengganggu hubungan baik di antara anak. Dampak yang lebih buruk lagi adalah terjadi gap kelak dalam keberhasila anak-anak dalam mencapai kesuksesannya.

14. Mendoakan Buruk terhadap Anak.
Doa yang buruk orang tua terhadap anak sering dikabulkan oleh Allah, oleh karena itu bagaimanapun tercela perbuatan anak kita jangan pernah mendoakan yang buruk, tapi berdoalah selalu untuk kebaikannya.

15. Bertengkare dan Berbuat Hal yang Tidak Layak di hadapan Anak.
Kebanyakan kasus kenakalan remaja berawal dari kondisi rumah tangga yang tidak harmonis dan sering melihat pertengkaran kedua orang tuanya, sehingga berpengaruh pada mental dan cara berpikir mereka.

16. Susah Memberi Kesempatan untuk Memperbaiki Kesalahan.
Jika anak melakukan kesalahan maka orang tua harus memberikan kesempatan kepadanya untuk memperbaiki kesalahannya, sehingga anak bisa menjadikan kesalahannya itu sebagai sebuah pelajaran yang sangat berharga agar tidak mengulanginya lagi.

17. Lalai pada Bacaan, Tontonan, dan Pergaulan Anak.
Orang tua sebaiknya menyadari bahwa membaca mampu membentuk pola pikir serta memberi pengaruh positif maupun negatif kepada si anak, oleh karena itu orang tua harus mengawasi dan mengarahkan anak untuk membaca buku-buku yang bermanfaat. Orang tua juga harus mengetahui apa saja yang layak dan apa saja yang tidak layak untuk ditonton anak dan selalu mengawasi dan mengarahkan anak untuk menonton tontonan yang baik. Demikian juga halnya dengan pergaulan anak dengan lingkungan di luar rumah, orang tua harus selalu mengawasi dan mengarahkan tanpa terlalu intervensi.

18. Membuat Anak Minder.
Tanpa disadarai sering orang tua menjadikan anaknya menjadi pribadi yang minder seperti  : tidak mendengarkan anak saat bicara,menghujat mereka saat berbuat salah, menghina kekeliruan tingkah mereka atau menyalahkan mereka saat berbuat kurang tepat dalam menyikapi sesuatu. Hal ini berakibat memberikan rasa malu yang meruntuhkan harga diri anak, merasa diri mereka sebagai pecundang. Akibat selanjutnya adalah sudah dapat dipastikan terciptanya proses komunikasi yang kurang harmonis dan emosional antara orang tua dan anak.

19. Tidak Mendidik Anak Untuk Bertanggung Jawab.
Tanggung jawab sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya, lebih-lebih setelah ia menginjak dewasa yang selalu dituntut tanggung jawab. Sebab jika anak berkembang dengan tidak memiliki rasa tanggung jawab maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.. Oleh karena itu orang tua harus mengajari sedini mungkin anak-anaknya untuk selalu bertanggung jawab pada hal sekecil apapun, sehingga mereka akan terbiasa untuk tanggung jawab yang lebih besar.

20. Salah Mengajarkan Disiplin.
Kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan orang tua saat mengajarkan displin pada anak :
* Memaksakan disiplin pada anak saat orang tua sedang marah.
*. Kalau tidak disiplin maka mesti diberikan hukuman.
* Jangan limpahkan pada orang lain untuk mendisiplinkan anak anda.

Berhati-hatilah dalam bersikap dan mendidik anak, selalu perhatikan perkembangan dan karakter anak, dan berusahalah mendidik anak sebaik mungkin agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang dapat diandalkan dan dibanggakan.

Sabda rasulullah SAW. Dari Ibnu Umar ra : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : kamu sekalian adalah pengembala (pemimpin) dan kamu sekalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpnannya.  Seorang Suami adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban tantang kepemimpinannya. seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuan/majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya". (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Referensi :
1. Muslich Shabir, Terjemah Riyaddhus Shalihin I, Penerbit PT. Karya Toha Putra, Semarang , 2004.
2. Ali Hasan Az-Zhecolany, Penerbit Diva Press, Yogyakarta,2011.

Jumat, 18 Maret 2011

Biografi Buya M. Natsir oleh H. Masoed Abidin

Riwayat Hidup Mohamad Natsir, Khadimul Ummah

April 6, 2008

Mohamad Natsir
Da’i Pemandu Umat
Oleh : H Mas’oed Abidin

Mohamad Natsir Datuk Sinaro Panjang, dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1908 di di kampung Jambatan Baukia, Alahan Panjang, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Ayahnya bernama Idris Sutan Saripado, seorang jurutulis kontrolir di masa pemerintahan Belanda.

Ibunya bernama Khadijah yang dikenal ta’at memegang nilai-nilai ajaran Islam.

Pada tahun 1934, ia mempersunting Puti Nur Nahar (lahir di Bukittinggi, pada tanggal 28 Mei 1905, dan wafat di Jakarta pada 22 Juli 1991), yang pada mula bertemu dengan pak Natsir adalah salah seorang guru Taman Kanak-Kanak bersubsidi “Arjuna” Bandung dan aktifis JIB. Dari perkawinannya, ia dikarunia 6 orang anak, yakni Siti Mukhlisah (1936), Abu Hanifah (1937), Asma Faridah (1939), Hasnah Faizah (1941), Aisyatul Asriyah (1942), dan Ahmad Fauzi (1944).

Sebagai seorang pegawai bawahan, ayahnya sering berpindah tugas dari satu daerah ke daerah lain.
Semula ditugaskan di Alahan Panjang, kemudian dipercaya menjadi asisten demang di Bonjol, menjadi juru tulis kontrolir di Maninjau, lalu dimutasikan sebagai sipir di Bekeru Sulawesi Selatan.
Menjelang pensiun, ayahnya dikembalikan lagi ke tempat tugas semula di Alahan Panjang. Kondisi kehidupan orang tuanya yang sering berpindah tugas, ikut mempengaruhi latar belakang pendidikan Mohamad Natsir.

Pada awalnya ia belajar pada Sekolah Rakyat di Maninjau yang memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

Ketika ayahnya dipindahkan ke Bekeru, ia tinggal bersama paman dan Eteknya Rahim di Padang. Tidak diterima HIS pemerintah, ia masih beruntung dapat mengikuti pendidikan formal di HIS (Hollandsch Inlandschs School) Adabiah, suatu sekolah swasta yang dikelola Haji Abdullah Ahmad dengan sistem pendidikan yang mengacu pada sokolah Belanda yang dilengkapi dengan pelajaran agama Islam.

Lima bulan berselang, ketika di daerah Solok dibuka HIS Negeri, Natsir dipindahkan orang tuanya ke HIS yang baru tersebut dan dititipkan pada Haji Musa seorang saudagar yang cukup terkenal di daerah Solok.

Pada waktu ini, ia tidak hanya belajar di lembaga pendidikan formal.
Pada sore hari, ia juga mengikuti pendidikan untuk mendalami pengetahuan agama di Madrasah Diniyah dan pada malam harinya belajar mengaji al-Qur’an di Surau. Disurau itu Mohamad Natsir mulai mempelajari bahasa Arab. Tiga tahun lamanya ia belajar di daerah Solok. Setelah itu, ia pindah ke HIS
Padang.

Ketika menamatkan pendidikan di HIS Padang, ia berhasil meraih prestasi yang istimewa sehingga ia diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dengan mendapatkan beasiswa dari pemerintah Belanda.

Di sekolah tersebut, ia belajar bersama sama dalam satu kelas dengan murid-murid keturunan Belanda.
Berangkat dari ketekunannya dalam belajar, akhirnya berhasil merampungkan pendidikannya di MULO Padang dengan prestasi yang memuaskan sehingga ia kembali mendapatkan beasiswa dari pemerintah Belanda.

Bea siswa yang diberikan kepada Natsir untuk melanjutkan pendidikan ke AMS (Algemeene Midel school) di Bandung, yakni pendidikan setara SMU untuk jurusan Sastra Barat Kelasik.

Di usianya yang 19 tahun itu ia tinggal di rumah Latifah, eteknya di kota Bandung. Di sekolah ini di samping belajar Bahasa Belanda ia belajar Bahasa Latin dan Kebudyaan Yunani. Di kelas 2 AMS ia sudah sanggup meneliti dan menganalisa “Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula Bagi Rakyat di Pulau Jawa” dan berani memaparkannya di depan kelas. Menurut Natsir pengaruh itu negatif.

Sebagai seorang yang pernah hidup dalam suasana tradisi religius yang demikian kuat, ia menilai bahwa pola pendidikan yang diterapkan penjajah Belanda tidak sesuai dengan harapannya sebagai pribadi muslim.

Pendidikan
1916-1923 Holland Inlandsche School di Solok/Padang, Madrasah Diniyah di Solok di sore hari.
1916-1924 Melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs),
Padang.

1927 – 1930 Algemene Middelbare School, Westers Klasieke Afdeling (AMS A2) Bandung (Lulus dengan nilai tinggi, dan berhak melanjutkan ke Fakultas Hukum di Batavia, sesuai dengan keinginan orang tuanya agar mendapatkan title Mister in de Rechten, atau ke fakultas Ekonomi di Rotterdam, atau menjadi pegawai negeri dengan gaji yang sangat cukup.

Tapi ketiganya ditolak oleh Mohamad Natsir, karena ia lebih tertarik kepada masalah-masalah Islam dan gerakan Islam).

1927-1932 Meneruskan studi tentang Islam pada Persatuan Islam Bandung dibawah bimbingan Ustadz A. Hassan.

1931-1932 Kursus guru diploma LO (Lager Onderwijs).

Mohamad Natsir menyelesaikan pendidikan Al-Gemene Middel School di Bandung dalam kajian Kesusastraan Barat Klasik. Sebenarnya beliau punya kesempatan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke Leiden pada pendidikan yang lebih tinggi.

Namun beliau memilih mendalami kajian keagamaan melalui ustaz A. Hassan yang dikenal dengan ulama yang berpaham radikal dan jadi sesepuh organisasi sosial- keagamaan.

Kesempatan tersebut membawa beliau berkenalan dengan ustaz A. Hassan, tokoh PERSIS (Persatuan Islam) garis keras, yang membimbing beliau melakukan studi tentang Islam. Dengan ustaz ini beliau mengelola majalah “Pembela Islam” sampai tahun 1932.

Beliaupun menolak tawaran bekerja sebagai pegawai negeri pemerintah Hindia Belanda dan lebih tertarik menekuni dunia pendidikan. Obsesi itu membuat ia mendirikan Yayasan Pendidikan Islam di Bandung sekaligus menjabat Direktur dari tahun 1932-1942.

Bahkan dalam masa penjajahan Jepang (1942-1945) pemandu umat ini sempat menjadi sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) Jakarta. Keluasan wawasannya mencuat ke permukaan setelah dapat menguasai beberapa bahasa asing sebagai alat untuk menggali buku-buku tokoh kelas dunia.

Mohamad Natsir mulai berkecimpung dalam dunia politik praktis setelah menjadi anggota Partai Islam Indonesia pada awal tahun 40-an, memimpin organisasi Majelis Al Islam A’la al-Indunisiya.

Organisasi MIAI makin berkiprah dalam kepemimpinan beliau. Dalam masa Jepang itu pula terbentuk Majelis Syura Muslimin Indonesia atau Masyumi sebagai salah satu wadah perjuangan untuk memerdekakan Indonesia.

Perjuangan, Kemasyarakatan, Pemerintahan dan Luar Negeri

1928-1932 Ketua Jong Islamiten Bond Bandung (dari sinilah Bapak M.Natsir bertemu dengan Mr. Kasman Singodimejo, Mr. Moh.Roem,
Prawoto Mangkusasmito yang sering bersama-sama menemui Haji Agus Salim untuk konsultasi, diskusi menimba ilmu.

Disini pula ia bertemu dengan Nur Nahar, aktifis pandu puteri “Natipij” yang kemudian dinikahinya di Bandung pada 20 Oktober 1934 dan menjadi teman pendamping hidup beliau dan perjuangan beliau sampai akhir hayatnya).

1932-1942 Direktur Pendidikan Islam (Pendis) Bandung.

1940-1942 Anggota Dewan Kabupaten Bandung.

1942-1945 Kepala Biro Pendidikan Kotamadya Bandung (Bandung Syiakusyo).

1945-1946 Anggota Badan Pekerja KNIP.

1946-1949 Menteri Penerangan RI untuk tiga kabinet.
Kiprah politiknya semakin menanjak ketika tampil menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat tahun 1945-1946. Pada tahun 1948 ditunjuk menjadi Menteri Penerangan Republik
Indonesia.

Prestasi spektakuler Natsir terekam dalam sejarah. Ketika Indonesia menjadi negara serikat sebagai produk dari KMB (Komperensi Meja Bundar), melalui sidang RIS tahun 1950, Natsir tampil dengan melontarkan statemennya yang dikenal dengan “Mosi Integral Natsir”.

Implikasi dari mosi itu, Indonesia yang sudah terpecah kedalam 17 negara bagian dapat bersatu kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Atas jasanya ini, Soekarno mengangkatnya sebagai Perdana Menteri RI. Kedudukan ini merupakan karier politik tertinggi yang pernah dicapainya.
Pada saat itu, usianya baru 42 tahun.

1946-1950 Mohamad Natsir menjabat Ketua Umum Partai Masyumi, Selaku Ketua Fraksi Masyumi dalam DPR-RIS.

Pada 3 April 1950, ia mengajukan mosi dalam Parlemen RIS, untuk mendorong RI yang tadinya telah terpecah-belah menjadi 17 negara bagian BFO, sehingga memungkinkan utuhnya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia yang wilayahnya membentang dari Sabang hingga Merauke. Mosi ini oleh sejarah bangsa kemudian dikenal dengan Mosi Integral Natsir dan kawan-kawan, yang diterima secara aklamasi oleh DPR-RIS.

1950 – 1951 Mohamad Natsir ditunjuk menjadi Perdana Menteri RI pertama setelah RI kembali menjadi Negara Kesatuan.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Natsir menghadapi berbagai tekanan.

Diantara yang menonjol masa kabinet Mohamad Natsir, seperti masalah persenjataan yang masih ada di tangan sukarelawan dari berbagai ideologi pasca perjuangan pisik. Mereka antara lain Darul Islam, PKI, gerombolan MMC (Merapi Merbabu Compleks), dan Laskar Harimau Liar.

Masalah lainnya adalah persoalan otonomi Aceh dan sikap PNI yang tidak bersahabat. Sikap PNI yang demikian, di sebabkan sakit hati karena tidak masuk pada kabinet yang di dirikannya dan perbedaan pendapat antara Soekarno dan Natsir tentang persoalan Irian Barat.

Soekarno ingin mengambil Irian Barat secara paksa, dan Natsir konsisten melaksanakan keterikatan diplomatik perjanjian KMB.

Perbedaan pendapat ini menjadikan Soekarno merasa harga dirinya sebagai presiden diremehkan. Kemudian, Soekarno tidak memberi kesempatan lagi kepada Natsir untuk membuktikan kemampuan dalam memimpin kabinet yang dibentuknya. Akibat berbagai kepungan psikologis yang dilakukan PNI, PKI, dan Soekarno, akhirnya Kabinet Natsir jatuh dalam usia 7 bulan.

Memang ada berbeda pendapat antara Natsir dan Soekarno. Natsir selalu berusaha menjaga jarak dengan Soekarno, sambil tetap memimpin fraksi Masyumi di Parlemen 1950-1958 dan anggota Konstituante 1956-1958.

1952 Melakukan kunjungan ke beberapa negara
di Timur Tengah, sebagai Pemimpin Partai
Masyumi setelah meletakkan jabatan sebagai Perdana Menteri RIS.

1950-1958 Anggota Parlemen RI dari Fraksi Masyumi.

1956 Memimpin Sidang Muktamar Alam Islami yang berlangsung di Damascus Syria dalam membahas agresi Israel ke Palestina.

Pada tahun itu juga mengerahkan solidaritas masyarakat Indonesia untuk membantu perjuangan kemerdekaan di Afrika Utara.

1956-1958 Anggota Konstituante RI.

Januari 1957 Menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Presiden Tunisia, Lamine Bey atas jasa-jasa Beliau dalam membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara.

1958-1960 Anggota PRRI.
Perbedaan kembali memuncak ketika secara sepihak, mulai berlaku Demokrasi Terpimpin. Soekarno “menguburkan” semua partai yang ada. Natsir melihat sikap ini merupakan bias dari gelagat PKI untuk mengendalikan semua partai.

Menyikapi hal yang demikian Natsir bersikap oposisi sehingga pada akhirnya ia terpaksa bergabung ke dalam PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) bersama dengan Syafroeddin Prawiranegara yang berpusat di Sumatera Barat.

Pada tanggal 17 Agustus 1959, Soekarno secara sepihak membubarkan Masyumi dan memaklumkan pengampunan pada Natsir dan kawan-kawan. Maklumat ini merupakan jebakan Soekarno untuk menangkap Natsir dan kawan-kawan atas tuduhan terlibat Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Permesta.

Ada beberapa alasan yang memicu munculnya PRRI.

Pertama, Pemerintahan Pusat di bawah Perdana Menteri Djuanda dipandang tidak sah karena pembentukannya dilakukan oleh Presiden dan dianggap telah menyimpang dari konstitusi.

Kedua, Sikap dan kebijakan pemerintah pusat yang terkesan sangat toleran dengan Komunis.

Ketiga, Pembangunan terkesan hanya dipusatkan di pulau Jawa dan mengabaikan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Mohamad Natsir baru kembali setelah pemerintah RI mengeluarkan amnesti dan abolisi pada tahun 1961. Kemudian, Natsir diasingkan ke Batu Malang, Jawa Timur (1960-1962) dan menjadi “tahanan politik” di Rumah Tahanan Militer (RTM) Keagungan Jakarta (1962-1966).

1962 – 1964 Dikarantina di Batu (Jawa Timur) oleh Orde Lama.
1964 – 1966 Ditahan di RTM/Keagungan Jakarta.

Juli 1966 Dibebaskan tanpa pengadilan, setelah Orde Lama ditumbangkan oleh massa dan kesatuan-kesatuan aksi.

Pada tanggal 1 Juli 1966, Natsir akhirnya dibebaskan tanpa melalui proses pengadilan. Dengan demikian kesalahan yang dituduhkan padanya tidak pernah dapat dibuktikan secara hukum.

Pergantian orde lama ke orde baru bagi Mohamad Natsir tidak banyak maknanya dalam politik. Hakikatnya secara politik Mohamad Natsir masih terbelenggu. Meskipun begitu, kecintaan beliau kepada negara kesatuan republik dan bangsa Indonesia yang ikut diperjuangkan beliau sejak masa remaja tidak pernah berkurang.

Secara fisik semasa Soekarno berkuasa, Mohamad Natsir dikarantina dibalik terali di Batu Malang dan di RTM Jakarta dan baru bebas secara fisik dari penjara dimasa Soeharto mulai berkuasa. Namun pada masa orde baru itu, beliau senyatanya masih terkarantina dalam makna politik karena tidak boleh berpolitik praktis.

Di awal masa kekuasaan orde baru itu, Mohamad Natsir pernah diminta bantuan oleh Soeharto untuk memulihkan hubungan Indonesia dan Malaysia.

Ketika itu, beliau menulis surat khusus yang dialamatkan kepada YAB. Tengku Abdul Rahman, perdana menteri Malaysia masa itu. Surat tersebut dibawa oleh Ali Moertopo. Hasilnya adalah, konfrontasi kedua negara yang telah ada di masa Soekarno mulai mencair kembali.

Begitu pula halnya, ketika pemerintah Soeharto kesulitan dalam meminta bantuan modal asing, Mohamad Natsir kembali berinisiatif memuluskan bantuan Jepang serta beberapa negara Timur Tengah untuk keperluan pembangunan Indonesia. Di masa orde baru itu, partai Masyumi tidak dapat direhabilitasi. Ketika itu, Natsir memilih medan dakwah.

Bapak Mohamad Natsir, didampingi Umi Nur Nahar serta sebagian anak-cucu, bersama Umi Fatimah Ismail (istri Buya Datuk Palimo Kayo), serta ibu-ibu muslimah badan penyantun RSI Ibnu Sina dan pembina anak yatim Budi Mulia di Sumatera Barat (Dok.HMA)

Setelah pemerintahan Orde Baru berkuasa, Mohamad Natsir dibebaskan dan semenjak itu ia tidak pernah lagi melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan politik praktis.

Dalam usia tua, ia memilih wadah perjuangan melalui aktivitas dakwah Islamiah, yakni melalui organisasi yang didirikan dan dipimpinnya sendiri bernama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia berkedudukan di Jakarta.
Sebagai seorang tokoh, pengaruh dan pemikirannya terlihat masih diperlukan umat, baik didalam negeri maupun di dunia internsional.

Pebruari 1967 Bersama dengan para Ulama dan zuama dengan bertempat di Masjid Al Munawarah Kp. Bali Tanah Abang Jakarta membentuk Yayasan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Dan sejak tahun itu diangkat menjadi Ketua Dewan Da’wah yang dijabat beliau sampai akhir hayatnya.

1967 Vice President World Muslim Congress (Markas di Karachi) Pakistan.Selama tahun 1967, sangat menonjol kunjungan-kunjungan ke Timur Tengah atas undangan pemerintah dari negara tersebut.

1967 Beliau menggerakkan Solidaritas Islam untuk pembebasan Masjidil Aqsha dan Pembebasan Muslim Palestina.

Dalam dunia internasional karirnya masih sempat melejit dengan dipercaya memegang beberapa organisasi Islam Internasional.

Di antaranya pada tahun 1967, ia menjadi wakil Presiden Muktamar Alam Islami yang bermakas di Karachi (Pakistan) dan anggota Liga Muslim Dunia yang bermarkas di Makkah. Pada tahun 1972, ia diangkat menjadi anggota Kehormatan Majelis Ta’sisi Rabithah al-Alam Islami yang berkedudukan di Mekah Saudi Arabia.

1969 Anggota Muslim World League (Rabithah Alam Islamy) berkedudukan di Makkah al Mukarramah, sebagai anggota Majlis Ta’sisi (Pendiri) dari Badan Islam Internasional yang bergengsi ini.

1976
Anggota Majlis A’la Al-Alamy lil Masajid (Dewan Mesjid Sedunia) yang bermarkas di Makkah al Mukarramah bersama-sama dengan Sheikh Harakan dan Sheikh Abdullah bin Baz.

Dengan wawasan politik dan agama yang luas, mengantarkan Natsir untuk memimpin sidang Muktamar Alam Islami di Damaskus pada tahun 1957, bersama syekh Maulana Abul A’ la al-Maududi (Lahore) dan Hasan al-Nadawi (Lucknow).

Pebruari 1980 Mohamad Natsir menerima Penghargaan Jaa-izatul Malik Faishal al-Alamiyah di bidang pengkhidmatan kepada Islam selama tahun 1400 Hijriyah, dari “King Feisal Foundation”, Riyadh. Penghargaan yang sama juga diterima oleh Sheik Abul Hasan an-Nadwi.

Atas jasa-jasanya dalam memimpin organisasi dimaksud, maka pada tahun 1980 Kerajaan Arab Saudi memberikan penghargaan “Faisal Award” sebagai penghormatan atas jasa dan pengabdianya pada Islam.

Tokoh yang tidak pernah absen dalam sejarah ini telah memberi warna tersendiri dalam dunia perpolitikan di negara iklim tropis ini.

1970 Ketua Badan Penasehat Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah, Ciampea Bogor.

Meskipun tidak melibatkan diri dalam politik praktis, namun ia masih aktif menuangkan pemikiran dalam memberikan kontribusi menciptakan atmosfir politik yang lebih kondusif.

5 Mei 1980 Menandatangani Petisi 50, yang kemudian harus menerima pencekalan selama pemerintah Suharto dimasa Orde Baru.

Mohamad Natsir ikut menandatangani “Pernyataan Keprihatinan” yang belakangan lebih populer disebut dengan Petisi-50. Adapun yang mendorongnya melakukan “Pernyataan Keprihatinan” merupakan salah satu bukti kepeduliannya terhadap nasib bangsa pada umumnya dan nasib umat Islam khususnya.

Setelah “petisi 50“ di tahun 1980, Mohamad Natsir dicekal ke luar negeri. Pada dekade ini Natsir aktif melawan kehendak ordebaru yang ingin mengasastunggalkan Pancasila sebagai dasar semua organisasi politik dan organisasi sosial kemasyarakatan serta keagamaan. Tampaknya dengan dibolehkannya organisasi Islam mencantumkan dalam anggaran dasarnya kalimat berakidah islam, perkara asas itu diterima dan keluarlah UU No. 5 untuk Orpol dan No. 8 untuk Ormas pada tahun 1985.

1986 Anggota Dewan Pendiri The International Islamic Charitable Foundation, Kuwait.
1987 Anggota Dewan Pendiri The Oxford Center for Islamic Studies, London, Inggris, Anggota Majelis Umana’ International Islamic University Islamabad, Pakistan.

Mohammad Natsir merupakan tokoh pendidik, penulis produktif, pendakwah, politisi-negarawan, pemikir, ulama dan pembela Islam. Secara umum kehidupannya telah diserahkan sebagai pemandu umat.

1Agust 1989 Bersama K H Masykur mendirikan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI), menghimpun ulama zuama berbagai golongan dan partai.

Pada saat disebarkannya buku Pendidikan Moral Pancasila yang banyak mengandung ketidak sesuaian dengan pemikiran ummat Islam Indonesia antara lain menyatakan semua agama sama. Mohamad Natsir secara gamblang mendudukan persoalan itu dan menolak apa yang tercantum dalam buku PMP tersebut. Pada akhirnya buku itu direvisi kembali oleh pemerintah. Di dalam perjalanan hidupnya di zaman Orba beliau senantiasa dimusuhi dalam politik namun beliau tetap membantu pemabangunan Indonesia.
Dalam bidang akademik, Natsir menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Politk Islam dari Universitas Islam Libanon (1967) dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Saint dan Teknologi Malaysia (1991).
1991 Menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur dan dari Universitas Science Penang
Malaysia, dalam bidang pemikiran Islam.
Kedua penghargaan dan penghormatan akademik internasional ini tidak bisa dihadiri oleh Bapak DR. Mohamad Natsir, karena dilarang oleh Pemerintah Orde Baru (Suharto).

Bapak Mohamad Natsir memang punya peran khusus yang tidak bisa dilupakan oleh sejarah, umat Islam, bangsa dan negara.

Dok. HMA
BAPAK MOHAMAD NATSIR DALAM SATU PERTEMUAN DENGAN PENGURUS YARSI SUMATERA BARAT DI PADANG

( Tulisan ini bagian dari Buku “Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir”, yang ditulis oleh H Mas’oed Abidin, dibawah judul Dakwah Konprehensif, dan belum lagi sempat dicetak atau diterbitkan )

Senin, 02 Maret 2009

Berdakwah dengan Ikhlas dan Memperjuangkan PBB juga dengan Ikhlas

Bissmillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur hanya untuk Allah SWT, Selawat dan Salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dimasa menjelang kampanye Pileg 2009 ini, PBB sebagai partai politik tentu kesulitan dalam memperjuangkan partai bersamaan dengan berdakwah. Berdakwah dengan Ikhlas tentu saja tidak bisa mengharapkan: setelah kita berdakwah orang yang mendengar Dakwah kita secara otomatis memberikan suaranya kepada PBB, jika ada harapan-harapan tersembunyi seperti itu tentu saja mengurangi ke ikhlasannya.

Permasalahan utama yang diangkat dalam Topik ini adalah : Bagaimana caranya berdakwah dengan Ikhlas dan memperjuangkan PBB agar menjadi Partai Besar, tanpa harus mengurangi keikhlasan dakwah?

PBB sebagai Partai politik tentu saja dalam perjuangannya mengharapkan dalam Pileg 2009 menjadi Partai besar sebagaimana Partai Mashumi di Era 1950 an (Amin Ya Robbil Alamin). Disisi lain yang namanya Dakwah tentu saja untuk mengajak masyarakat Muslim menjalankan Syariat Islam dengan benar. Jadi ada Trade off antara perjuangan PBB dengan Dakwah Islam, ada salah satu yang harus lebih diprioritaskan dan masih sulit untuk dicapai secara bersamaan. Inilah yang menyebabkan Founding Father PBB tidak menjadikan PBB sebagai Partai Dakwah, walaupun dari awal berdirinya PBB sampai sekarang sangat konsisten memperjuangkan Syariat Islam. Sebagai contoh : Seorang Mubaligh PBB diundang oleh masyarakat(yang mayoritas bukan orang PBB) untuk memberikan Dakwah Islam, dalam Dakwahnya tentu saja Sang Mubaligh akan sulit berbicara tentang PBB di forum tersebut. Jika dipaksakan juga mengkampanyekan PBB, tentu masyarakat akan mencemooh.

Berdakwah dengan Ikhlas tentu saja harus Lillahi Taala, tidak mempunyai tujuan lain. Tentunya dengan berdakwah dengan Ikhlas kita mengharapkan Ridha Allah, dengan demikian baru kita mengharapkan Allah akan menolong PBB dalam perjuangannya. Hasbunallaha wa Nikmal Wakil. Cukup Allah sebagai Penolong, karena Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Dengan demikian kita harus memilah-milah mana yang Dakwah, dan mana pula Kampanye Partai. Dengan Dakwah yang baik dari kita, termasuk prilaku baik kita ditengah-tengah masyarakat tentu akan mengundang simpati masyarakat, akhirnya mereka memilih PBB. Insya Allah.

Demikianlah pendapat saya tentang Berdakwah Dengan Ikhlas dan memperjuangkan PBB juga dengan Ikhlas. Sangat diharapkan pendapat-pendapat lain dari para sesepuh dan para kader PBB serta masyarakat lainnya agar dapat menjadi pedoman bagi para juru kampanye PBB dilapangan.

Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika ada kata-kata saya yang salah.
Billahi Taufiq Walhidayah. Wassalamualaikum Wr.Wb.

sumber
http://laskarhijau.com/forum/index.php?topic=29.0

Minggu, 04 Januari 2009

PBB dan Masa Depan Perjuangan Syariah

Sebagai Partai Islam yang lahir setelah Reformasi Partai Bulan Bintang tidak pernah sedikitpun menyurutkan langkah Perjuangan Penegakan Syariat Islam melalui Jalur yang Konstitusional melalui perjuangan Politik yang Islami, berkemajuan dan bermartabat. Sesungguhnya agenda Perjuangan Partai Bulan Bintang melingkupi keseluruhan aspek dalam dimensi pembangunan bangsa namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai Partai Islam yang Berkemajuan Perjuangan Syariah tetap menjadi ruh dan starting point / landasan bagi perjuangan partai.

Perjuangan dari generasi ke generasi
Perjuangan ini hakikatnya adalah perjuangan dari generasi ke generasi yang api dan gelora semangatnya tak akan padam, sejak hasil pemilu 1999 wakil - wakil Partai Bulan Bintang di parlemen giat menyuarakan tuntutan amandemen Pasal 29 yang dalam konteks kesejarahan sejatinya memperjuangkan Hak Ummat Islam sebagaimana amanat PIAGAM JAKARTA yang merupakan hasil Kompromi The Founding father dalam proses panjang Mempersiapkan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Perjuangan di parlemen kandas semata-mata karena PBB di parlemen “tengah menghadapi sebuah tembok yang belum bisa dirobohkan” (Pidato KH Najih Ahjad dalam Pendapat Akhir Fraksi PBB di PBB dalam pembahasan amandemen pasal 29), dan posisi PBB saat ini masih tetap berdiri tegak dihadapan tembok tersebut menunggu saat untuk dapat merobohkannya.

Keberhasilan yang tertunda diparlemen menjadi inspirasi untuk mendorong Penegakan Syariat dalam wilayah yang terbatas utamanya daerah yang memang memiliki akar keislaman kuat dalam sisi sejarah dan budaya masyarakatnya seperti di Aceh, Banten, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Dukungan MUI dan ormas islam lainnya seperti MMI, HTI, KPPSI dan ormas pendukung lainnya berhasil menyerap aspirasi masyarakat hingga lahirnya Produk Hukum dalam bentuk Perda yang bernuansa Syariat Islam yang dikenal sebagai Perda Syariah.
Perda Syariah inilah yang menjadi katalis bagi Partai Bulan Bintang dan Gerakan Islam Syariah lainnya untuk tetap teguh memperjuangkan syariah di Bumi Nusantara tercinta.

Periode - periode Inspirasi
Dalam Periode yang tidak singkat para pejuang Islam yang berpolitik melalui wadah Partai Masyumi pasca raihan suara yang besar pada Pemilu tahun 1955, istiqomah memperjuangkan Hak Ummat Islam melalui Konstituante dengan perdebatan - perdebatan yang alot hingga berakhir dead lock hingga Konstituante itupun dibubarkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit 5 Juli 1959 dengan klausulnya yang terkenal “Kembali ke UUD 1945 yang dijiwai oleh PIAGAM JAKARTA”, sekilas ummat Islam menemukan celah bagi mempejuangkan kembali hak-haknya namun pasca Dekrit tersebut Pemerintahan menjadi terpimpin dan dalam koalisi Nasakom bentukan Soekarno Masyumi kian terpinggirkan diluar kekuasaan hingga akhirnya mengalami berbagai tekanan dan fitnahan bahkan beberapa petinggi Masyumi ditahan tanpa proses peradilan hingga puncaknya Partai Masyumi bubar untuk waktu yang tidak ditentukan, selebihnya yang tersisa adalah wadah keluarga besar bulan bintang yang bertebaran, bergiat di berbagai bidang pembangunan laksana cendawan yang tumbuh berkembang dimanapun dan dengan media apapun.

Menjelang berakhirnya orde baru rel perjuangan politik keluarga besar bulan bintang berpindah ke medan pergerakan dakwah dengan terbentuknya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang berjuang membina kader dakwah hingga ke pelosok nusantara, hingga kini Dewan Dakwah berhasil menjadi inspirasi lahirnya berbagai organisasi dakwah dan sosial, salah satunya yang fokus pada pembinaan dan pengembangan mental, Iman dan Taqwa Generasi Muda bangsa adalah BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) dengan serangkaian kegiatan yang luas berskala nasional seperti Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI).

Partai Bulan Bintang Kamilah Pendukungmu
Hari lahirnya Pancasila seharusnya dijadikan momentum untuk mengurai kembali peristiwa demi peristiwa yang melahirkan dasar negara indonesia merdeka tersebut, faktanya ketika Indonesia diproklamirkan 17 Agustus 1945, Pada Preambule / Mukaddimah UUD 1945 saat itu masih tercantum tujuh kata dalam Piagam Jakarta “Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya” yang baru keesokan harinya 18 Agustus 1945 di ganti dengan tiga kata “Yang Maha Esa”.

Jika Mengingat sejarah diatas sesungguhnya maka sudah saatnya kita bersama - sama bangkit dan berseru lantang “Partai Bulan Bintang, Kamilah Pendukungmu” sebagaimana seruan Buya Hamka pada kalimat terakhir Puisi yang khusus ditulis untuk Buya Mohammad Natsir pada saat Sidang Konstituante memperjuangkan tegaknya syariah dalam konstitusi.

Kepada Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….!

Sekian dan Wassalam (Badrut Tamam Gaffas untuk Bulan Bintang Media)